Widget edited by super-bee

Goresan Cah Melayu

Selasa, 21 Mei 2013

Ngobrol-ngobrol Bareng Mas Bagus

Bagus Santoso

"Kerumah saja. Saya lagi di rumah," ajak Mas Bagus lewat sambungan selulernya mengundang saya. Awalnya saya hanya mengirim pesan singkat dan kemudian di telpon balik. Saat itu saya minta waktu untuk kepentingan wawancara.

Kami sempat ngobrol-ngobrol ringan di kediamannya Jalan Tengku Bey, Kelurahan Simpang Tiga, Pekanbaru, Riau. Nama lengkapnya Bagus Santoso S.Ag, tapi saya menyapanya dengan panggilan Mas Bagus.

"Kalau sudah ketemu simpang tiga, lurus saja. Tak jauh dari itu, sebelah kiri nanti ketemu dengan rumah yang pagarnya sedikit agak tinggi," jawab Mas Bagus begitu saya menelpon ulang untuk memastikan alamat rumahnya.

Maklum, saya belum pernah ke rumah beliau. Saya memang sudah diingatkan, begitu sudah masuk ke Jalan Tengku Bey (dulu Jalan Utama-Simpang Tiga), nanti telpon lagi. "Itu rumahnya Mas. Pagarnya pakai remote tu," ujar seorang tetangganya, begitu saya memasti ulang, apakah rumah pagar tinggi ini kediaman Mas Bagus.

Akhirnya saya bertemu dengan Mas Bagus. Saya memang sudah lama kenal dengan sosok satu ini, tapi dia tidak kenal saya; hehehe. Wajar, wajahnya sering mampang di sejumlah media cetak dan online sebagai anggota DPRD Provinsi Riau.

"Silahkan masuk," sapa Mas Bagus menyambut kedatangan saya seraya melempar senyum. Mas Bagus yang masih mengenakan kain sarung sejenak ke belakang.

Sementara saya hanya terpaku diam dengan mata lirik kanan kiri melihat keindahan ornamen rumah Mas Bagus. Rumahnya lumayan besar. Desainnya juga keren. Anggota dewan bok. Wajar saja; dalam hati saya berguman.

Sejurus kemudian, Mas Bagus muncul lagi. Langsung disambarnya minuman kaleng dan menuangkannya ke dalam gelas yang terdapat di meja tamu depan saya. "Minum, minum," ajaknya.

Wah, orangnya simple sekali. Walaupun baru kali pertama bertemu tatap muka, tapi seperti sudah saling kenal lama. Cepat akrab. Sayapun bisa jadi lebih rilek dan sesekali ngobrol sambil mencicipi cemilan yang terhidang di atas meja.

Ya, Mas Bagus adalah anggota DPRD Provinsi Riau, untuk periode 2009-2014 ini. Periode sebelumnya, 2004-2009, ia menjabat wakil ketua DPRD DPRD Kabupaten Bengkalis.

Kemudian untuk periode berikutnya, 2014-2019, ia yang tertarik masuk politik karena daya tarik Amin Rais, kembali didorong untuk maju lewat partai Partai Amanah Nasional (PAN) dari Daerah Pemilihan (Dapil) Kabupaten Bengkalis, Kota Dumai plus Kabupaten Kepulauan Meranti.

Ia juga pernah menjabat Ketua DPD PAN Kabupaten Bengkalis dan sekarang Wakil Ketua DPW PAN Provnsi Riau.

Gagasan dan pemikirannya juga banyak mewarnai berbagai kebijakan Pemerintah Provinsi Riau. Sebab ia termasuk wakil rakyat yang aktif dan kreatif. Maka tak heran, ia dipercaya sebagai Ketua Fraksi PAN dan Komisi D DPRD Riau.

Siapa sebenarnya sosok Mas Bagus; sekitar 24 tahun lalu, sekitar 1989/1990, Bagus Santoso bukanlah siapa-siapa di bumi lancang kuning ini. Bahkan tak banyak yang kenal dia. Maklum, ia hanyalah seorang pengusaha batik pemula asal Boyolali, sebuah kabupaten yang sejarahnya masuk kerajaan Mataram dan Pajang Jawa Tengah yang mengadu nasib ke bumi Melayu.

Ia menjajakan Batik Solo yang tidak hanya terkenal di seantero nusantara tetapi juga mendunia, termasuk baju kaos, baju seragam dan juga buku serta alat keterampilan sekolah.

"Waktu itu, pertama kali tiba di Riau, di Taluk Kuantan. Di sanalah saya memulai bergerilya memulakan usaha. Menyusul Selat Panjang, Tanjung Balai karimun, tanjung pinang hingga akhirnya saya menetap di Kebun Kapas Bengkalis," cerita Bagus mengawali bincang-bincang kami malam itu. Oh ya, saya datangnya sekitar pukul 20.00 WIB.

Layaknya seorang pedagang muda, dengan gigihnya Bagus Muda keluar masuk sekolah-sekolah membangun kepercayaan berbisnis. Ia memang menggarap pangsa pasar sekolahan, sebab lebih bertanggung jawab, ijab kabulnya cukup bertemu kepala sekolah yang biasanya di kelola oleh koperasi. Hingga akirnya jaringan bisnis yang dirintis semakin melebar seiring dengan sosok Bagus dikenal secara luas.

Makin hari, pergaulannya makin luas. Sebab Bagus memang orangnya tidak neko-neko dan simple. Sehingga mudah bergaul. Bahkan dagangannya tidak lagi sebetas produk batik dan seragam sekolah, tapi berkembang menjadi agen dan penjual koran di wilayah ibukota Bengkalis.

Ia menjadi agen tunggal di daerah ini. Banyak koran dan majalah yang ia pegang: Riau Pos, Koran lokal mingguan, Utusan (sekarang Pekanbaru Pos), Haluan (dulu Riau Mandiri) , Dumai Pos dan lain-lain, termasuk media terbitan Jakarta; Mimbar Jumat, Kompas, republika dan Suara Muhammadiyah.

"Seharian lebih dari 750 oplah terjual. Ingat sekali saya, waktu itu saya menggunakan sepeda motor RX S Yamaha yang sengaja saya bawa dari Solo. Begitu dengar bunyi sepeda motor yang ngejreng saking kerasnya, orang-orang sudah pada tahu; tukang koran datang," cerita Bagus sambil tersenyum penuh makna.

Kemajuannya terus melejit. Sampai-sampai Bagus terpaksa mengangkat empat orang anggota untuk membantu kerjanya menjual koran dan semuanya dibelikan sepeda motor, hingga akhirnya kemudian Bagus mengenal dunia jurnalistik.

"Sekitar tahun 1999-an, saya sudah mulai nulis sebagai koresponden. Waktu itu nulisnya di Koran Utusan yang kemudian berganti Pekanbaru Pos. Setahun kemudian saya nulis di Riau Pos lalu Dumai Pos.  Saya memang sejak sekolah sudah hobi menulis, ditambah saya diajari bang Oji wartawan Riau Pos kala itu" ujar Bagus.

Dasar orangnya 'lasak', disamping aktivitasnya bisnis batik dan koran tadi, ia juga menjadi tenaga honor dan penyiar radio Pemkab Bengkalis. Tugasnya rangkap; mencari berita, membaca berita dan mengkliping koran. Dari situ, ia menjadi Direktur Marketing Bengkalis Televisi, sekaligus sebagai penyiarnya.

Hebatnya lagi, Bagus juga sambil kuliah di STAI Bengkalis. Bayangkan betapa sibuknya seorang Bagus menjalani hari-harinya kala itu. "Saya adalah angkatan ketiga alumni STAI Bengkalis. Waktu itu kami hanya bertujuh orang," kenangnya yang kini menjadi Ketua Alumni STAI Bengkalis.

Kamudian pada saat reformasi bergolak, tanpa sepengetahuannya, ia dimasukkan sebagai pengurus DPD PAN Bengkalis. Sebab ia dianggap sebagai kader Muhammadiyah, karena sehari-hari berjualan majalah terbitan Muhammadiyah.

"Ya sudah, saya terima saja bak air mengalir. Waktu itu saya diletakkan sebagai wakil ketua bodang informasi dan komunikasi. Berselang empat bulan kemudian pada 2004, saya ikut nyaleg untuk DPRD Bengkalis , semuanya rahasia Gusti Allah ternyata saya terpilih," katanya.

Dari sinilah mulai melejitnya karir politik Bagus. Ia relatif mudah bersosialisasi di tengah masyarakat. Aktivitas sehari-harinya sebagai orang bisnis, berjualan koran, dan jurnalis, tanpa disadarinya ternyata berperan penting memuluskan langkahnya.

"Inilah kuasa Allah, tanpa saya sadari, dengan beragam kegiatan itu, ternyata saya dianggap telah menanam budi  dan bergaul dengan semua kalangan masyarakat, termasuk pejabat. Bahkan saat menjalankan tugas jurnalis, ternyata banyak orang yang merasa terbantu dan termotivask. Itu baru saya sadari, saat proses nyaleg. Bahkan ada yang bilang; Mas Bagus dulu pernah bantu kami. Masya Allah. Terbukti suara saya signifikan, terbanyak se Provinsi Riau di PSN," ceritanya.

Maka sejalan dengan filsafah politik nya; Sopo Nandur Bakal Ngunduh (siapa yang menanam akan menuai).

"Saya sebenarnya tidak sengaja menanam, tapi alhamdulillah sekarang memanen. Ya kuncinya itu tadi; ikhlas dalam berbuat dan menjalani hidup. Mudah-mudahan Allah akan membuka semua rahasianya dalam keberkahannya," ujar pemiliki situs Riaubagus.com ini.

Kini Bagus sudah jauh melesat dan berkantor di ibukota Provinsi Riau. Tapi ibarat Bangau, tidak pernah lupa akan Kali. Bagus tetaplah Bagus dahulu. Begitu pulang ke Bengkalis, ia tetap membumi dengan masyarakat yang mengenalnya sejak 24 tahun lalu.

Ia tetap saja berkebun: menanam timun, kangkung dan kegiatan berkebun lainnya. Bahkan pekerjaannya sebagai loper koran, masih tetap eksis, kendati bukan dia lagi yang menjalankannya secara langsung.

Kegiatan-kegiatan ini memang tidak bisa dilepaskannnya. Sebab dari sinilah ia berangkat, termasuk berdagang batik dan seragam sekolah  yang hingga sekarang masih tetap dilakoni dan makin eksis.

Tak terasa, sudah lebih dua jam kami ngobrol-ngobrol. Saya lihat jam sudah menunjukkan pukul 22.00 WIB; Saya pun pamitan. (*)


next...
1. Masjid Agung An-Nur Provinsi Riau
2. Bakar Tongkang di Rohil
3. Stadion Utama Riau
4. Taman Marga Satwa Kasang Kulim  


Comments
2 Comments

2 komentar:

TERIMA KASIH KOMENTARNYA, SEMOGA BERMANFAAT

Keliling Riau Copyright © 2011 | Template created by O Pregador | Powered by Blogger