Widget edited by super-bee

Goresan Cah Melayu

Sabtu, 29 Desember 2012

Selamatkan Air Sungai Siak

Sungai Siak dan Jembatan Leigton (skyscrapercity.com)



PERJALANAN saya dari Kota Pekanbaru menuju Kota Siak Sriindrapura, Provinsi Riau, lewat jalur sungai menghabiskan waktu sekitar dua jam lebih dengan menumpang sebuah speed boat.


Kota Siak Sriindrapura adalah Ibukota Kabupaten Siak. Kabupaten ini hasil pemekaran dari Kabupaten Bengkalis. Sementara Kota Pekanbaru adalah Ibukota Provinsi Riau.

Dulu, jalur air ini satu-satunya  transportasi menuju Siak, tapi sekarang bisa ditempuh lewat darat, baik menggunakan sepeda motor maupun kenderaan roda empat. Sebab jalan-jalannya sudah dibangun dengan baik oleh pemerintah, termasuk jembatan-jembatan penghubung.

Selama perjalanan menuju Siak itu, saya duduk bersebelahan dengan seorang pria tua yang katanya warga asli Siak. Kalau saya taksir umurnya sudah mencapai kepala tujuh. Tapi saya tidak sempat bertanya siapa namanya. Saya hanya menyapanya dengan panggilan Kakek.

Dalam kesempatan itu, dengan keramahannya, kami cepat akrab dan ia banyak bercerita soal Sungai Siak Tempo Dulu.

Selain Sungai Siak, di Provinsi Riau ada tiga sungai besar lainnya, masing-masing Sungai Rokan di wilayah utara, Sungai Kampar di wilayah tengah, bersama dengan Sungai Siak. Kemudian Sungai Indragiri di bagian selatan. Semuanya berhulu di kaki Bukit Barisan, yang bermuara di bibir Selat Melaka.

Untuk Sungai Siak, dulunya memang menjadi urat nadi perekonomian masyarakat sebagai prasarana transportasi dan kehidupan bagi daerah yang dilintasinya. Bahkan menjadi sumber penghidupan dengan potensi perikanan air tawar yang sangat luar biasa.

Sungai ini juga dimanfaatkan penduduk sebagai MCK (Mandi Cuci Kakus), bahan sumber utama air minum serta pemenuhan kebutuhan industri.

Cakupan aliran sungai Siak ini meliputi Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Kampar, Kota Pekanbaru, Kabupaten Bengkalis dan Kabupaten Siak. Artinya ribuan warga menjadikan sungai ini sebagai sumber penghidupan utama.

“Tapi itu cerita dulu. Sekarang air yang terdapat di sungai ini sudah tidak banyak memberi manfaat. Coba kamu lihat airnya sekarang, keruh. Bahkan terkadang, banyak ikan tiba-tiba mati mendadak dalam jumlah besar,” cerita sang Kakek sambil menunjuk ke arah air sungai yang memang terlihat keruh dan seperti bercampur pasir.

Ia pun mengulang cerita yang belum lama terjadi, tepatnya 4 Desember 2012 lalu. Sang Kakek mengaku ikut menyaksikan mata kepalanya sendiri ribuan biota air berbagai jenis ikan dan udang mati mengapung.

Bahkan anak cucu dan tetangganya ikut turun ke sungai mengambil udang dan ikan yang mengapung. Namun sebelum di masak, ikan-ikan itu direndam dahulu dengan air garam. Katanya untuk menghilangkan kadar racun yang dikhawatirkan ada di ikan.

“Apa penyebabnya, ala waalam. Kami tak ada yang tahu. Tapi ikan-ikan itu mengapung dan mati tentu ada sebab. Mungkin bisa saja karena pencemaran. Di sana kan ada perusahaan bubuk kertas. Tapi itu urusan pemerintah lah untuk menelitinya,” kata sang Kakek tanpa menyebut perusahaan yang dimaksud.

Sungai Siak membelah Kota Pekanbaru (robincom.blogspot.com)

LIMBAH INDUSTRI

Sungai Siak memang tidak seperti tahun 50-an atau 70-an dulu lagi. Selain sudah terjadi penceraman air, juga terjadi pendangkalan akibat endapan bertahun-tahun yang tak bisa dicegah.

Dari banyak cerita dan ngobrol-ngobrol dengan teman-teman pers, sungai Siak makin tidak bersahabat sejak berkembangnya industri yang menempatkan wilayah operasinya di jalur daerah aliran sungai.

Pencemaran-pencemaran itu bisa saja diakibatkan limbah industri yang berada di sepanjang aliran sungai, termasuk mungkin limbah rumah tangga di sekitarnya yang terus meningkat. Bahkan tahun 2004 lalu,  ada sekitar 1,5 - 5 ton ikan ditemukan mati lemas dalam waktu yang bersamaan.

Penyebab utamanya kuat dugaan penurunan kualitas Sungai Siak akibat limbah industri baik industri besar, menengah maupun kecil yang berada di sepanjang aliran sungai Siak, antara lain industri minyak, industri pengolahan, sawmill, industri pulp dan pembuangan sampah.

Kemudian bisa saja disebabkan makin tingginya erosi yang disebabkan semakin intensifnya pengelolaan sumberdaya alam yang ada di hulu, seperti penebangan liar, penebangan hutan, konversi hutan menjadi kawasan perkebunan, kegiatan pertambangan dan lain-lain.

Kembali ke cerita Kakek tadi, menurutnya, sejak ia lahir sampai sekitar tahun 70-an dulu, sungai Siak airnya masih bersih. Bahkan pada masanya, ia sangat senang berenang menyeberangi sungai berkali-kali setiap sore.

“Tapi kalau di lihat kondisi airnya sekarang, cucu-cucu saya saja sudah saya larang untuk berenang di Sungai. Kalau mau berenang juga, saya sarankan ke kolam renang komersil saja. Sebab airnya sudah kumuh berlumpur dan berbau lagi,” gumannya.

Dalam kesempatan terpisah, saya sempat membaca statemen seorang dosen lingkungan dari kampus Universitas Riau. Namanya Tengku Ariful Amri. Ia tak membantah, air di sungai Siak sudah tercemar dan sudah tidak layak konsumsi.

Penyebab utamanya adalah, diduga limbah industri dan masyarakat yang tinggal disepanjang daerah aliran sungai. Bahkan pencemaran yang terjadi menurutnya sudah mengkhawatirkan.

Dari hasil kajiannya, limbah domestik yang dihasilkan industri dan rumah tangga jumlahnya bisa mencapai 400-600 kubik setiap hari. Parahnya, sebagian besar dibuang di daerah aliran Sungai Siak. Alhasil pencemaran melebihi batas kewajaran dan juga menyebabkan rusaknya lingkungan dan ekosistem yang berada diperairan Sungai Siak. Sungguh mengerikan.

Tapi apa yang mau dikata. Semuanya sudah terjadi. Masyarakat sudah tidak bisa memaksimalkan fungsi air yang terdapat di Sungai Siak secara optimal dan sehat, seperti tahun-tahun 70-an dulu.

Bagi masyarakat mapan, mungkin masih bisa menggunakan sumber air bersihnya lewat PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum), walaupun sesungguhnya tidak menjamin bersih. Terus bagaimana masyarakat kurang mampu atau masyarakat kampung yang masih tinggal di pinggiran-pinggiran aliran sungai Siak. Mereka jelas tak ada pilihan. Semua-semua menggunakan air Sungai Siak, baik untuk mandi, kakus, cuci, minum, masak dan lain-lain.

Kasian ya. Tapi itulah faktanya yang mesti dihadapi masyarakat yang masih bergantung dari Sungai Siak untuk memenuhi kebutuhan airnya. Kita tidak tahu, apa yang bakal terjadi kedepan atau puluhan tahun kedepan. Apakah ada solusi atau makin parah kondisinya. Semoga saja ada solusi, amin.

PENGGUNAAN SUNGAI SIAK
  1. Sumber air minum, di antaranya untuk bahan baku PDAM Tirta Siak Kota Pekanbaru.
  2. Mandi Cuci Kakus (MCK), terutama warga di sepanjang aliran sungai.
  3. Memenuhan kebutuhan industri. 
  4. Sarana transportasi.

Sungai Siak dan Aktivitasnya (minon-wacana.blogspot.com)

ALTERNATIF SOLUSI

Butuh banyak langkah untuk menyelamatkan kondisi air sungai Siak yang disebut-sebut sudah tercemar, sehingga kembali bisa menjadi sumber penghidupan yang sehat bagi masyarakat sekitarnya. Menurut saya, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasinya, seperti:
  1. Tidak membuang sampah sembarangan: Pemerintah harus mengontrol sampah-sampah rumah tangga dan industri dengan membuat Tempat Pembuangan Sampah (TPA) yang baik dan konfrehensif, tentunya harus diimbangi dengan pengelola yang benar. Jika dibiarkan masyarakat membuangnya ke aliran sungai, maka tahun-tahun kedepan air yang terdapat di sungai Siak akan semakin memprihatinkan.
  2. Tidak membuang limbah sembarangan, terutama limbah industri: Jika tak ada pilihan dan harus membuang di aliran sungai Siak, maka limbah-limbah tersebut harus dikelola terlebih dahulu sesuai dengan kadar aman. Setelah itu baru dibuang ke daerah aliran sungai.
  3. Tidak menebang hutan sembarangan, terutama di wilayah hulu. Pemerintah dan aparat terkait harus meningkatkan pengawasannya untuk menertibkan terjadinya perambahan hutan secara liar.
  4. Pemerintah secara berkala dan terprogram, harus memberikan berbagai penyuluhan kepada masyarakat, terutama masyarakat yang berdomisili di pinggiran sungai Siak untuk menjaga pelestarian lingkungan, dengan cara tidak membuang sampah dan limbah sembarangan. Termasuk tindak-tindakan terlarang lainnya yang bisa berdampak negatif terhadap sungai Siak.

Jika empat item diatas bisa dilakukan dengan baik dan konsisten, mudah-mudahan kondisi air sungai Siak bisa kembali membaik, kendati sulit untuk bisa mencapai kondisi seperti tahun-tahun 70-an dulu.

Bahkan sungai Siak sebenarnya punya potensi lain jika mendapat perhatian serius dari pemerintah, di antaranya wisata air. Jika ini dapat di kelola dengan baik, maka bisa menjadi sumber pendapat baru bagi masyarakat sekitar.

Tapi ini baru sebatas harapan. Sementara fakta didepan mata hari ini, kondisi air sungai Siak masih memprihatinkan. Ya itu lah sungaiku, Sungai Siak yang dulunya menjadi sumber perekonomian utama masyarakat yang dialirinya. Mudah-mudahan kedepan ada solusi kongkrit dari pihak terkait, amin. (*)


NB:
Tulisan Ini Saya Peruntukkan Sebagai Peserta
Anugerah Jurnalistik Aqua 2012 
Katagori Umum

Comments
4 Comments

4 komentar:

  1. saya dukung untuk program selamatkan sungai , karena sungai adalah sumber kehidupan bagi siapa saja baik itu manusia maupun binatang-binatang yang ada didalamnya..

    BalasHapus
  2. Lihat foto-fotonya jadi pengen nih kapan-kapan ke Riau.
    Saya baru sampai Palembang saja perjalanan Sumateranya, menyedihkan juga ya...
    Salam,

    BalasHapus
  3. @Aditia: betul sekali pak...tks dukungannya

    BalasHapus
  4. @Titik:: kapan2 singgah di pku kang...

    BalasHapus

TERIMA KASIH KOMENTARNYA, SEMOGA BERMANFAAT

Keliling Riau Copyright © 2011 | Template created by O Pregador | Powered by Blogger