Widget edited by super-bee

Goresan Cah Melayu

Rabu, 14 Agustus 2013

Rumah Suluk Syeh Muhammad Thoha Terancam Hanyut di Sungai Rokan

Sudah menjadi perbincangan hangat, abrasi yang menghantam bibir pantai Sungai Rokan, Kabupaten Rokan Hilir, Riau, sudah sangat mengkhawatirkan. Rumah, sawah dan perkebunan warga ludes ditenggelamkan kuatnya arus sungai.

Sambil libur lebaran lalu (8 Agustus 2013), saya berkesempatan melihat langsung satu kawasan yang menjadi amukannya. Ia adalah komplek persulukan Madrasah Asyuhada Syeh Muhammad Thoha Babussalam Bangko, Desa Pematang Sikek, Rimba Melintang, Rokan Hilir, Riau.

Astagfirullah. Abrasinya sudah menyentuh pelantaran bangunan madrasah ini. Bahkan retakannya sudah menjalar sampai ke kolong bangunan.
sejumlah warga berdiri didepan madrasah suluk yang terancam hanyut
Retakan serupa juga menghampiri kediaman Kh Hamid bin Tuan Syeh Muhammad Thoha, pimpinan madrasah tersebut, yang gedungnya bersebalahan dengan rumah suluk itu. Praktis, gedung-gedung ini hanya tinggal menunggu waktu di bawa hanyut oleh derasnya aliran sungai terpanjang di Indonesia tersebut. Sederet dengan bangunan ini, juga terdapat sejumlah rumah warga setempat.

sejumlah warga berdiri didepan rumah Atuk Hamid yang gedungnya terancam di makan abrasi
Suluk adalah sebuah kegiatan religi mendekatkan diri kepada Allah SWT, yang berlangsung di sebuah madrasah atau masyarakat setempat menyebutkannya Menosah. Mereka bermalam di sini hingga berhari-hari sambil bermunajat dihadapan sang khalid.

Kampung-kampung tua di wilayah Rokan Hilir, memang kebanyakan memiliki ciri khas rumah Suluk ini, mulai dari kampung Pujud, Sekapas, Rangau, Sintong, Sedinginan, Rimbo Melintang, Teluk Pulau dan seterusnya, yang dilintasi sungai Rokan.

Untuk Madrasah Suluk Asyuhada Syeh Muhammad Thoha Babussalam Bangko, sekarang masuk dalam wilayah Kepenghuluan Pematang Sikat, Kecamatan Rimba Melintang, Kabupaten Rokan Hilir, Riau.

Desa ini berada di jalur lintasan menuju Kota Bagansiapiapi. Jika kita ke Bagansiapiapi lewat jalur darat, maka bertemu dulu dengan desa ini. Sekitar 1-2 jam kemudian, baru sampai ke Ibukota Kabupaten Rokan Hilir tersebut.

Dulunya, puluhan tahun lalu, rumah suluk ini tercatat dalam wilayah administrasi Desa Teluk Pulau, Kecamatan Bangko, Kabupaten Bengkalis.

Kemudian Teluk Pulau dipecah menjadi dua: Teluk Pulau Hilir dan Teluk Pulau Hulu. Dalam perjalanan waktu, kecamatan juga ikut dipecah dan terbentuklah Kecamatan Rimba Melintang, pecahan dari Kecamatan Bangko, yang berpusat di Kota Bagansiapiapi. Sementara Kecamatan Rimba Melintang berpusat di Rimba Melintang, yang terletak di Jalan Lintas Bagansiapiapi.

Setelah itu, pada 1999 lalu, terjadi pemekaran kabupaten. Dan Kecamatan Rimba Melintang masuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Rokan Hilir, terpisah dari kabupaten induk Kabupaten Bengkalis. Kemudian Desa Teluk Pulau Hilir kembali dimekarkan menjadi dua desa: Desa Teluk Pulau Hilir dan Desa Pematang Sikat.

Maka masuklah Madrasah Suluk Asyuhada Syeh Muhammad Thoha Babussalam Bangko dalam wilayah administrasi Desa Pematang Sikat.

Suluk ini dirintis dan dipimpin oleh tuan guru Syeh Muhammad Thoha puluhan tahun silam. Begitu beliau wafat, dilanjutkan oleh anaknya Kh (Kholifah) Hamid yang hingga kini masih memimpin. Di tempat ini, saban tahun berlangsung kegiatan Suluk yang diikuti puluhan masyarakat dari berbagai daerah.

Suluk akbar juga pernah berlangsung di tempat ini, dengan melibatkan tuan guru dari Basilam, Sumatera Utara.

Pemuka-pemuka agama dengan gelar syeh dan kholifah juga sudah banyak lahir dari madrasah Suluk ini. Di komplek ini juga terdapat areal pemakaman warga setempat, termasuk makam almarhum Syeh Muhammad Thoha, orangtua Kh Hamid, yang kini melanjutkan kepemimpinannya.

Alhasil, kikisan erosi sungai Rokan yang mengakibatkan abrasi hebat itu turut mengancam keberadaan komplek pemakaman tersebut. Sebab  komplek pemakaman itu, persis berada di belakang madrasah Suluk.

Jika laju erosi ini tak lagi bisa terbendung, maka komplek yang menjadi pusat kegiatan religi masyarakat yang sudah berlangsung sejak puluhan tahun silam ini, hanya tinggal sejarah.

Tak ada lagi kegiatan melantunkan asma-asma Allah. Tak ada lagi masyarakat yang saban tahun berduyun-duyun ke tempat ini mengantar sanak keluarganya untuk mengikuti suluk. Yang terlihat hanyalah derasnya air sungai Rokan yang keruh dan sesekali menjadi lintasan bono.

Dulu, waktu masih kanak-kanak, saya selalu bersepeda ke tempat Suluk ini. Sebab nenek dari emak dan bapak saya, aktif mengikuti kegiatan Suluk. Alhasil saya ikut mengantar dan menjemputnya.

Sementara pimpinan Suluknya, Kh Hamid masih ada alur keluarga. Sebab istrinya adalah adik dari Ayah Bapak saya. Dalam kesempatan lebaran kemarin, saya berkesempatan bersilaturahmi ke tempat Suluk ini dan berbincang-bincang dengan Kh Hamid, atau biasa saya menyapanya Atuk Hamid.

Atuk Hamid bersama jemaah yang ia pimpin di depan Madrasah Suluknya sebelum terjadi abrasi. Foto diambil 2009
Dalam bincang-bincang itu, ia sangat menyadari, komplek yang dirintis oleh orangtuanya ini terancam musnah seiring makin mengganasnya abrasi.

Abrasi serupa juga melanda masyarakat kampung tetangga lainnya, yang berdomisi di sepanjang aliran sungai Rokan. Bahkan tidak sedikit rumah, perkebunan dan sawah warga ludes di bawa arus sungai.

"Ada dua pilihan, tetap bertahan disini dengan menghambat lajunya abrasi, dengan cara membangun turap. Atau di relokasi ke tempat lain. Tapi dua pilihan ini belum ada keputusan: bertahan atau relokasi," ujar Atuk Hamid.

Kh Hamid atau biasa disapa dengan panggilan Kh Mudo ini juga mengaku sudah pernah berkomunikasi dengan pemerintah setempat, baik lewat legislatif maupun eksekutif, tapi hingga sekarang belum ada solusi. Sementara laju abrasi sudah pada batas amat mengkhawatirkan.

"Kalau anggota dewan sudah berulang kali datang ke sini. Begitu juga pemerintah kabupaten, bahkan sudah ada yang mengukur-ukur dan foto-foto, tapi tak jelas apa yang diukur dan di foto. Sebab sampai sekarang tak ada tindakan nyata, sementara keadaan sudah sangat mengkhawatirkan," katanya dengan suara bergetar.

Dulu, di antara bangunan Suluk ke bibir sungai, terdapat jalan umum, kolam sekaligus menjadi sumur umum untuk para jemaah suluk. Ada juga beberapa tanaman keras, seperti pohon mangga, kelapa dan lain-lain. Jaraknya tak kurang dari 100 meteran.

"Sekarang yang terlihat hanya hamparan air dan sesekali terkadang buaya timbul memperlihatkan wujudnya. Kalau mau keluar rumah, kami tak lagi berani keluar dari pintu utama depan dan memilih lewat pintu belakang. Sebab retakan abrasinya sudah sampai depan pintu," ujar Kh Mudo.

Ia tetap berharap ada solusi dari pemerintah, tapi ia pesimis mendapat dukungan dari Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir. Sebab jauh hari sudah dibangun komunikasi, tapi hingga sampai pada kondisi amat mengkhawatirkan ini, belum ada solusi kongkrit.

"Sekarang kami bingung, mau mengadu kemana, sementara keadaannya, seperti yang kita lihat, sudah tidak ada lagi jarak antara bangunan dengan bibir sungai. Retakan abrasi sudah menyentuh bangunan," tambahnya.

Hal senada diungkapnya tokoh pemuda setempat, Aladin. Ia juga berharap ada solusi dari pemerintah, minimal untuk menghambat laju abrasi yang menerjang komplek Suluk tersebut.

"Untuk menghambat laju abrasi, mungkin bisa dibangun tanggul atau turap. Perkiraan kita, tanggul atau turap itu minimal bisa terbangun sepanjang seratus meter. Jika itu bisa terwujud, sudah sangat membantu sekali," ujar Aladin, yang juga anak kandung Kh Mudo.

Tapi solusi yang diharapkan itu, sampai sekarang belum ada pihak yang bisa membantu, termasuk pemerintah. "Kalau semua pihak akhirnya tutup mata dan telinga dengan keadaan ini, ya, kita hanya bisa melakukan sebatas kemampuan," ujarnya bernada pasrah. (*)

Baca juga:
1. Stadion Utama Riau
2. Taman Marga Satwa Kasang Kulim  
6. Mall SKA Pekanbaru
7. Hebohnya Buka Bersama Amandel 99

Comments
11 Comments

11 komentar:

  1. semoga tidak terjadi apa2 dengan rumah dan yang punyanya amiin

    BalasHapus
  2. kasian banget ,, semoga segera mendapat bantuan dari pemerintah setempat.amiin

    BalasHapus
  3. artikelnya sangat menarik gan , terimakasih udah sharing ya !!

    BalasHapus
  4. artikelnya bagus sekali gan ,, jadi pengen belajar sama agan biar blog saya juga bisa seperti punya agan hehe

    BalasHapus
  5. makasih banyak gan infonya ,, sangat bermanfaat sekali

    BalasHapus
  6. info yang sangat menarik gan ,,
    blogwalking nih .

    BalasHapus

TERIMA KASIH KOMENTARNYA, SEMOGA BERMANFAAT

Keliling Riau Copyright © 2011 | Template created by O Pregador | Powered by Blogger