Widget edited by super-bee

Goresan Cah Melayu

Sabtu, 19 April 2014

Goyang Oplosan Hebohkan Acara Reuni Akbar STIE Purna Graha Pekanbaru

Pak Alfian, atau lengkapnya, Drs Alfian Djoremie MM, Ketua YLPMI  ternyata ikut juga berlenggok ala Goyang Oplosan walaupun hanya beberapa ayunan lenggok saja.

Berjejer di kiri kanannya beberapa mahasiswa dan para pengurus IKA Alumni STIE Purna Graha, Pekanbaru, yang ikut heboh bergoyang serupa. Yang lainnya sibut pula jepret-jepret mengabadikan moment langka ini, baik lewat kamera hape, maupun kameran beneran (emang ada kamera palsu..???).

Makin di penghujung lagu, goyangannya makin tak ketolongan hebohnya, seolah mengalahkan hebohnya goyang Oplosan sesungguhnya  di acara YKS yang dipimpin Soimah. Pokoknya seru habissss dan serunya juga pakai banget sekali, hehehe.

tengok deretan kanan, terlihat pak alfian ikut bergoyang, asyikkkkk
goyang terussss, sampai patah...
Beberapa orang dari kami yang berada di ruang ballroom Hotel Ratu Mayang Garden, memang tengah hanyut bergoyang ala artis top Soimah tersebut dan semuanya ketawa cekikikan dan terbahak-bahak.

Peserta yang tak ikut berdiri, dan memilih duduk di kursinya masing-masing, juga tak luput ikut bergoyang sekenanya dan angguk-angguk kepala mengikuti irama musik.

Semua kami memang tengah hanyut dalam keriangan dan riang sekali siang itu, dalam acara reuni akbar Alumni STIE Purna Graha, Pekanbaru, Sabtu, 19 April 2014.

Saat bersamaan, juga dilangsungkan pengukuhan kepengurusan perdana IKA Alumni STIE Purna Graha, Pekanbaru untuk masa tugas hingga lima tahun kedepan.

Dilantik sebagai Ketua Umum Abdul Hamid Sahite dan Sekretaris Jenderal, Dalkeren Rusli serta pengurus lainnya yang berasal dari semua jenjang angkatan. Saya juga ikut dilantik, hehehe.

pengurus inti bekodak usai dikukuhkan

eh, berkodak dulu, sebelum acara dimulai, hehehe
Siang itu kami memang benar-benar larut dalam kegembiraan. Judulnya saja reunian. Pasti suasananya penuh riang. Saat sesi hiburan, para alumni bergantian melantunkan lagu.

Bang Djohan Amran yang punya suara pas-pasan saja, juga tak ketinggalan ikut menyumbangkan lagu (jangan marah bang Johan, bercanda pun. Bagus kok suara abang, hiks...hiks...hiks).

Kalau Bang Sadrianto jangan ditanya. Begitu diminta untuk nyanyi, tak butuh dua kali tawaran, langsung deh dia tegak dan bergegas menuju panggung biduan. 

Eh, tapi Bang Sadrianto tidak sendiri, ia berduet dengan 'artis' STIE-PG tempo dulu, Kak Caroline Tanjung, yang bela-belain terbang dari Batam, hanya untuk menghadiri acara reunian. Saluttttt buat Kak Caroline!!!!

Teman-teman lainnya juga silih bergantian menyumbangkan lagu, seperti Bang Hamid, Bang Firmansyah, Dinda Rudi Yanto dan lainnya. Sampai-sampai biduan yang sengaja diundang, tak kebagian nyanyi.  (Pak Alfian ikut nyumbang lagu ga ya?, lupa saya, hehehe, ter...la...lu. Eh ada ding, berduet juga dengan Kak Caroline, mantap).
pak alfian tengah berduet dengan kak caroline...lomba tinggi2an suara nampaknya..hehe
bang sadrianto, bang hamid dan bang akbar, juga tak mau kalah dengan pak alfian...
Di antara kami yang sudah lama tak bersua, siang itu juga menjadi sarana melepas kangen. Dimana bekerja, apa kabar, sudah berapa anak, menjadi pertanyaan wajib setelah berjabatan tangan pertanda baru bersua.

Wuih, gemuk sekarang ya, sudah jadi bos  ya, sejahtera sekarang ya, sudah sukses  ya: juga menjadi bumbu-bumbu perbicangan hangat dan  akrab di antara kami.

Peserta yang datang memang bisa dikatakan sudah representasi dari semua alumni. Sebab yang datang hampir utusan dari semua angkatan, termasuk angkatan 1997, sebagai angkatan pertama alumni STIE Purna Graha, seperti Bang Gustafif, Bang Idris dan lainnya. (Bang Pangi izin katanya, lagi ngajar di luar kota...nanti di ganti acara makan-makan, hahaha, peace Bang Pangi!!!)

Saya yang berasal dari angkatan 2001, jelas banyak yang tidak mengenal dari peserta alumni yang hadir. Kendati demikian, kami langsung dapat berbaur dan menyatu sebagai keluarga besar STIE Purna Graha Pekanbaru. Hanya dengan sekejab, suasana langsung mencair.

Paling pertanyaan standarnya begitu usai berjabat tangan: dari angkatan berapa, kapan wisudanya, terus bla, bla, bla sikit sebagai basa-basi, langsung deh mencair. Perbincangan langsung mengalir seperti sudah akrab lama.
berpose dengan bang gustafiv "andi malarangeng", angkatan 1997.
Terlebih lagi, kami yang hadir, semuanya menggunakan baju seragam yang sudah disediakan panitia lengkap dengan namanya masing-masing. Sehingga di antara kami tak ada jarak dan jurang, karena dengan seragam tersebut, semua embel-embel kesehariannya (mungkin ada yang PNS, bos kantoran dan lainnya, seperti Bang Suwarno yang sudah jadi pengusaha properti) langsung runtuh dan semuanya menjadi rata. Sehingga tak ada yang terkesan jaga image. Alhasil langsung cepat membaur dan menyatu.

Hebatnya lagi, selama acara berlangsung, Pak Alfian terus menyapa para alumni yang hadir. Beliau terus mobile. Sebentar duduk di kursi ini, kemudian pindah ke meja satunya lagi dan terjadi perbincangan hangat. Sampai akhirnya ikut berjoget.

Pak Alfian juga tidak sungkan-sungkan ikut ketawa terbahak-bahak. Sehingga hari itu memang benar-benar menyatu tanpa jarak. Sungguh sebuah moment mahal.

berkodak terus dengan gaya masing-masing
Bang Hamid sebagai Ketum IKA Alumni STIE PG juga ikut berperanserta menghidupkan suasana. Sebab beliau yang memimpin langsung sesi bagi-bagi doorprize yang disediakan oleh sponsor Alfamart.

Alumni yang datang membawa keluarga, langsung deh dapat bingkisan. Alumni berjodoh dengan sesama alumni, juga kebagian bingkisan, seperti Delkeren-Ira, Rudi-Suminar, Yudi-Havy dan lainnya (cinlok ni ye...hehehe).

Eh, hari itu ternyata juga bukan miliknya para alumni yang tengah bereuni. Para mahasiswa aktif yang terlibat menyukseskan acara, juga ikut larut kemeriahan acara. Sumbangsih mereka memang layak untuk diberi apresiasi.

Tarian persembahan di awal acara dan lagu-lagu nusantara yang ditampilkan secara massal oleh tim paduan suara patut diacungi jempol. Para peserta dibuat terhibur dan beberapa kali memberi gemuruh aplus yang terkesima menyaksikan penampilan produk lokal tersebut.

tarian persembahan di awal acara
menyanyikan lagu indonesia raya....
Selama acara berlangsung, mereka juga terlihat berbaur dengan para alumni. Sungguh sebuah pemandangan yang indah. Terjalin sebuah komunikasi yang cantik antara mahasiswa dengan alumninya.

Bahkan begitu acara selesai, sebagian dari para mahasiswa ini bukan malah langsung pulang, tapi memilih bekubang di kolam renang milik hotel (selagi gratis, hajar broooo, hehehe).

Oh ya, hampir terlewatkan: di sela acara, juga dilakukan penyerahan secara simbolis pakaian layak pakai kepada Komunitas Mari Berbagi. Pakaian-pakaian ini hasil sumbangan dari para alumni dan diserahkan langsung oleh Pak Alfian Djoremie.
penyerahan baju layak pakai kepada komunitas mari berbagi
Tak terasa, acara pun sudah sampai di penghujung. Pengukuhan sudah, penyampaikan program kerja pengurus juga sudah, makan sudah dan nyinyi-nyanyi pun sudah, maka tibalah waktunya bubaran. Jam juga sudah menunjukkan pukul 14.30 WIB.

Peserta sebagian juga sudah pada pamitan. Tertinggal hanya pengurus inti, yang selama ini bertungkus lumus mempersiapkan acara. Kemudian di kolam renang, Ketua BEM STIE PG, Tata dan kawan-kawan, masih asyik menikmati sejuknya kubangan air kolam hotel.

Rasanya berat sekali ingin membubarkan moment mahal ini. Maklum saja, sejak melahirkan alumni dari angkatan 1997, ini kali pertama di gelar acara reunian secara formal. Tapi apa mau dikata, hanya waktulah yang akhirnya membubarkan kami.

"Ini baru awal dari tugas-tugas kita sebagai pengurus IKA Alumni STIE-PG. Saya berharap, kedepan kita makin solid dan makin kreatif menggelar ragam kegiatan. Tolong terus jaga komunikasi dan saling memberi informasi demi Jaya Viva STIE PG," ujar Bang Hamid sebelum bubaran, yang diawali dengan nyanyi Kemesraan bersama, dan tak lupa jepret-jepret. (*)

BACA TULISAN LAIN:
Berkunjung ke Alam Mayang
STIE Purna Graha Pekanbaru Makin Kinclong
Danau Buatan Masih Biasa-biasa Saja
Meliuk-liuk Menuju Jembatan Pangean di Kuansing
Bakar Tongkang di Rohil
Stadion Utama Riau
Taman Marga Satwa Kasang Kulim  

Minggu, 13 April 2014

Danau Buatan Masih Biasa-biasa Saja

MENGUNJUNGI kawasan wisata Danau Buatan, menjadi pengalaman mengesankan saat pertama kali tiba di Pekanbaru, tahun 1996 silam. Saat itu saya bersama beberapa orang teman baru saja menyelesaikan Sekolah Lanjutan Pertama di Lenggadai Hulu, Rokan Hilir.

Sebagai anak kampung yang baru pertama kali sampai di kota, saya terkagum-kagum melihat keramaian orang, termasuk saat berada di destinasi Danau Buatan.

Danau Buatan tahun 1996. Dari kiri: Irwansyah, Sukardi, Saya, Mulyadi, Suhaidi dan Surya. Culun banget..hehe

Begitu juga saat melihat banyaknya ruko-ruko yang terbangun di berbagai sudut Pekanbaru. Belum lagi melihat rayapan mobil-mobil yang memadati ruas-ruas jalan. Dalam hati berguman: kek gini ya rupanya kota, yang selama ini hanya tau lewat televisi. Hehehe, dasar udik.

Di kampung, hanya bisa melihat mobil satu-satu. Bangunan ruko kala itu nyaris tak ada. Kalau berangkat sekolah, menggunakan sepeda kayuh beramai-ramai dengan teman-teman.

Eh, tapi tak disangka, beberapa minggu sepulang dari Pekanbaru, orangtua mengirim saya berangkat kembali ke Pekanbaru, guna melanjutkan Sekolah Menengah Atas. Asyik...!!! (Langsung terbayang Danau Buatan)

Beberapa teman, juga ikut dikirim orangtuanya masing-masing ke Pekanbaru, walaupun beda keberangkatan, seperti Mulyadi, Sugio, Irwansyah, Sukardi dan mungkin beberapa teman lainnya.

Di Pekanbaru, kami juga beda sekolah. Saya dan Sukardi memilih bersekolah di MAN 2 (SMU MA MODEL), Jalan Diponegoro, Pekanbaru. Saya pun aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler Pramuka.

Menariknya, kawasan Danau Buatan menjadi tempat kami menggelar berbagai kegiatan, di antaranya perkemahan. Praktis, tempat ini akhirnya menjadi sangat dekat dengan saya. Padahal waktu pertama berkunjung dulu, rasanya tak yakin bisa datang kembali.

Namun setelah temat dari MAN 2 (SMU MA Model) Pekanbaru, tahun 1999, sejak itu pula, saya tak pernah lagi datang ke Danau Buatan, kendati saya akhirnya menetap di Pekanbaru. (Eh sorri, pernah datang sekali bersama mantan pacar, sekarang jadi istri. Tapi itu sudah lama juga, hehehe).

Cerita berikutnya, Sabtu, 12 April 2014 lalu, bersama isteri, dua orang putri dan dua orang anak tetangga, saya kembali menyambangi tempat yang sarat kenangan ini. Saking lamanya tak ke sini, sempat pula nyasar, karena salah masuk jalan. Mestinya dalam setengah jam sudah sampai, akhirnya menjadi satu jam.

Terbayang di benak, tempat ini pasti jauh lebih baik dan menarik, karena sudah lama sekali tak datang ke sini. Eh taunya, tak sesuai ekspektasi.

Begini ceritanya (hehehe, macam betul aje): saya datang sekitar pukul 16.00 WIB lewat sikit. Begitu sampai di pintu gerbang masuk, kecepatan mobil diperlambat, karena pasti akan dicegat oleh petugas jaga minta duit karcis masuk.

Tapi taunya, tak ada penjaga yang terlihat: lumayan bisa masuk gratis. Mobil yang saya kemudikan, kembali melaju dengan kecepatan sedang.

Namun begitu mendekati tempat parkir, dari balik pohon, keluar seorang laki-laki yang sudah apak-apak. Dia langsung minta duit karcis, tapi tak ada kertas karcisnya. Malas berdebat, saya langsung keluarkan duit Rp 15 ribu, sesuai yang diminta.

"Dengan jumlah ini, biasanya Rp 30 ribu, tapi karena datangnya sudah sore, Rp 15 ribu saja," ujar Apak-apak itu setelah melihat jumlah kami dalam mobil (dua orang dewasa dan empat orang anak-anak).

disambut ucapan selamat datang
Begitu sudah masuk, saya memang tidak melihat ada sesuatu yang istimewa di bandingkan dengan kunjungan pertama dulu. Tak ada kuda, tak ada live musik, bahkan pengunjungnya sepi sekali. Mungkin karena saya datangnya Sabtu. Tapi kalau hari Minggu atau tanggal merah lainnya, mungkin ramai kali ya.

hijau dan sejuk, tapi sepi pengunjung
pohon-pohon rindang berjejer di pinggiran danau
Tapi secara umum, lingkungannya relatif bersih dan tertata rapi. Tak ada sampah-sampah berserakan. Toiletnya juga bersih. Jalan-jalan penunjang di sekitar kawasan juga licin aspal dan berpaving block. Pohon-pohon pelindung juga terlihat menjulang tinggi dan hijau.

menyusuri pinggiran danau dengan jalan paving block
Yang membedakan, sekarang di pinggir danau terlihat stadiun peninggalan Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII yang sempat berlangsung di Riau pada 2012 lalu. Stadion berlantai dua ini untuk penonton yang menyaksikan olahraga dayung. Tapi kursi penontonnya sudah dicabut.

stadion terlihat dari belakang

stadion terlihat dari depan

melihat ke arah danau dari atas stadion yang kursinya sudah dicopot
Melongok di dalam Danau, hanya ada satu sepeda sampan yang tengah bergerak. Sementara sampan lainnya yang terlihat sudah uzur, parkir di pinggiran danau. "Mau naik sampan pak," sapa seorang anak kecil penjaga sampan. "Gak, panasnya terik kali," jawab saya singkat.

sepeda sampan tengah parkir

sampan dayung dan sepeda sampan tengah parkir
Di pinggir Danau, terlihat ada dua orang pria yang tengah mancing, tapi selama saya perhatikan, tak pernah pula pancingnya di santap ikan. Kasian. Sementara tak jauh dari itu, beberapa anak kecil, tengah mandi berkubang di bawah terik matahari sore.

mancing
Setelah puas mengitari beberapa tempat di sini dan sempat jepret sana sini, isteri saya langsung berguman. "Tak ada yang menarik," celetuknya.

Panggung band yang biasanya menjadi arena live musik, terlihat sudah berlumut, sepertinya memang sudah lama tidak dipakai. Begitu perut keroncongan, juga tak banyak pilihan tempat makan yang membangkitkan selera.
panggung musik yang sudah berlumut
Di pinggir-pinggir danau, memang terlihat ada pondok-pondok kecil, sepertinya menyediakan ragam makanan, tapi kesannya tidak tertata dengan baik. Terus apa yang menarik di sini sebagai tempat rekreasi. Ntahlah. Tapi kalau isteri saya bilang, tak ada yang menarik dan biasa-biasa saja.

Tapi penilaian itu jangan ditanggapi ya, karena sarat dengan subjektifitas. Bagi kawula muda yang tengah memadu kasih, mungkin saja tempat ini sangat menarik, karena suasananya sangat mendukung. Hehehe.

Semoga saja pengelolanya, segera melakukan langkah-langkah strategis agar kawasan Danau Buatan ini menjadi lebih menarik dan menjadi tujuan wisata utama, menyusul minimnya tempat rekreasi yang representatif di Pekanbaru, amin... (*)

BACA TULISAN LAIN:
Berkunjung ke Alam Mayang
STIE Purna Graha Pekanbaru Makin Kinclong
Meliuk-liuk Menuju Jembatan Pangean di Kuansing
Bakar Tongkang di Rohil
Stadion Utama Riau
Taman Marga Satwa Kasang Kulim  

Kamis, 10 April 2014

Alam Mayang Destinasi Pilihan Warga Pekanbaru

Di tengah keterbatasan, kawasan Wisata Alam Mayang menjadi destinasi pilihan untuk warga Kota Pekanbaru dan sekitarnya. Untuk sekedar refresing atau melepas penat, lumayan membantu. Fasilitasnya juga cukup menghibur.

Tapi kalau dibandingkan dengan Taman Safari Indonesia atau Taman Impian Jaya Ancol Jakarta, jelas Alam Mayang jauh tertinggal, hehehe.

Awal Maret 2014 lalu, bersama keluarga, saya ikut menikmati ragam permainan di sini. Tiketnya tak buat kantong bocor lah. Kisarannya masih di angka belasan ribu. Orang dewasa dan anak- anak memang beda harga. Kamudian kalau bawa sepeda motor atau mobil, tambah sikit lagi ongkosnya.

Dulu, waktu masih zaman sekolah, sering juga saya ke sini bersama teman-teman. Dan beberapa tahun belakangan, fasilitasnya makin lengkap dan menghibur.

Waktu datangnya bersama keluarga, pengunjungnya ramai, mungkin karena hari Sabtu. Hari-hari libur atau akhir pekan, di tempat ini memang selalu ramai pengunjung, bahkan tidak sedikit dari luar Pekanbaru. Sebut saja dari Kampar, Rokan Hilir, Dumai, Rokan Hulu dan beberapa daerah tetangga lainnya.

Lokasinya juga tidak jauh-jauh amat. Kalau kita dari Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II, cukup sedikit menyisiri jalan protokol Jenderal Sudirman. Kemudian berbelok ke kanan dari jembatan Fly Over menyusuri Jl Imam Munandar, Pekanbaru.

Paling tak sampai 5 menit dengan kecepatan sedang, di penghujung Jalan Imam Munandar, sebelah kanan, sudah terlihat pintu gerbang komplek Alam Mayang. Menurut administrasi pemerintah Kota Pekanbaru, kawasan ini masuk dalam wilayah Kecamatan Tenayan Raya.

Di dalam kawasan sekitar 24 hekter ini, tersedia ragam permainan yang cukup menghibur, terutama untuk anak-anak: ada sepeda air, banana boat, safary train, flying fox, trek sepeda, mandi bola, bombom car, topeng monyet dan lainnya.

bombom car
sepeda air
bermain dengan latar patung harimau

Di sini juga terdapat hamparan kolam yang cukup luas, dan ikannya boleh dipancing. Kalau datangnya hari libur, pengunjung juga di hibur live musik dari panggung yang terletak di pinggiran kolam.

kolam pancing
berpose dengan latar patung

replika candi muara takus
Fasilitas penunjang lainnya terdapat mushola dan posko Palang Merah Indonesia (PMI) serta beberapa fasilitas lainnya. Fasilitas toiletnya juga cukup bersih. Pokoknya cocok untuk rekreasi keluarga.

posko palang merah indonesia
Pepohonan di sekitar kawasan ini juga terlihat hijau dan rindang, sehingga kesan asri dan sejuk cukup dominan. Kalau bawa bekal makanan dan disantap di bawah rindangnya pepohanan di sini, dijamin bisa membangkitkan selera makan. Itu sudah saya buktikan, hehehe.

pepohonan rindang

pepohonan tumbuh subur di kiri kanan jalan
Selamat mencoba untuk datang ke tempat ini. (*)

BACA TULISAN LAIN:
STIE Purna Graha Pekanbaru Makin Kinclong
Meliuk-liuk Menuju Jembatan Pangean di Kuansing
Bakar Tongkang di Rohil
Stadion Utama Riau
Taman Marga Satwa Kasang Kulim  



Keliling Riau Copyright © 2011 | Template created by O Pregador | Powered by Blogger